CERPEN : SANG PELINDUNG LANGIT
Pada suatu hari, di puncak
sebuah gunung yang tinggi. Saat itu sedang badai kencang. Nampak dua ekor
burung terbang kesana kemari dengan kebingungan. Mereka mencari telur mereka
yang menggelinding jatuh dari sarang. Setelah sekian lama mencari, dua burung
itu Kembali ke sarang mereka dengan hasil pencarian yang nihil. Burung betina
menangis tersedu-sedu dan burung jantan berusaha menenangkan pasangannya. Suara
Guntur dan angin kencang bersahut-sahutan ditengah kesedihan kedua burung
tersebut. Badai terus bergelora sehari semalam, sampai di pagi berikutnya.
3 Bulan kemudian disebuah peternakan di bawah kaki
gunung. Seekor induk ayam sedang mencari makan bersama ke-empat anaknya. Anaknya
bernama Si Hitam, Si Abu, Si Putih dan Si Kuning. Si Kuning kemudian berlari
kepada ibunya sambil menangis. Sedangkan Hitam, Abu dan Putih pergi menjauh ke
sisi yang lain dari peternakan tersebut. Si Kuning bertanya pada ibunya “Ibu kenapa bentuk ku
berbeda dari yang lain? Aku tidak ingin seperti ini. Mereka tidak ingin bermain
denganku. Yang lain pun melihatku dengan sinis. Aku tidak ingin seperti ini bu,
aku tidak ingin”. Ibu ayam menenangkannya. “Kuning anakku, Tidak apa apa nak,
bagaimanapun juga engkau adalah anakku” Si Kuning akhirnya tenang namun tetap didekat ibu ayam. Si
Hitam, si Abu dan si Putih. Tiga bersaudara ayam itu sedang bermain tidak jauh
dari situ. Mereka membicarakan si Kuning. Si Hitam “lihat tuh si Kuning selalu
saja dia sama ibu. Anak itu sangat cengeng dan manja”. Si Abu berkata “Iya
betul, kita jadi kurang mendapat perhatian dari ibu”.“Sudah sudah, jangan
seperti itu. Kita ini bersaudara loh. Kenapa kita harus saling iri?” Si putih
yang paling bungsu, lebih pengertian dan baik ketimbang dua saudaranya yang
lain. Sembari mereka mengobrol, datanglah seekor Ayam Jago setengah pincang dan
buta disebelah mata kanannya, mendekati mereka dan mengatakan “Saudaramu si
Kuning akan membawa kalian kedalam kesialan. Lebih baik kalian menjauhi dia”
Setelah itu dia pergi dan meninggalkan mereka. Ketiga saudara itu bingung,
namun si Hitam dan si Abu merasa mereka memiliki sekutu, kemudian mencoba
mengikuti Ayam Jago tersebut. “Pak tua! Ceritakan padaku apa maksudmu!” Kata si
Hitam. Kemudian si Abu menyusul “Hei, tunggu aku, aku juga ingin mendengarkan
alasannya!”. Si Putih yang tidak ingin ikut campur, memilih untuk Kembali
kekandang untuk beristirahat. “Aku Kembali ke kandang, sudah saatnya istirahat”
kata si Putih.
-
Di sebuah pegunungan, sekitar 6 bulan perjalanan dari
situ, tampak sebuah area peternakan yang lain. Dari jauh, nampak asap hitam
membumbung tinggi dari peternakan tersebut. Tampak sekelompok serigala
berlarian kesana kemari sedang mengejar binatang-binatang ternak, menghancurkan
kandang-kandang mereka, dan juga memangsa mereka. Diatas sebuah dataran tinggi
di dekat perkampungan tersebut, terlihat beberapa serigala berjalan pelan
sambil membawa beberapa binatang ternak di mulut mereka. “Silahkan tuan, jamuan buat pesta kali ini”
kata salah satu serigala kepada seekor serigala besar yang menunggu disana.
Serigala itu 3 kali lipat lebih besar daripada serigala lainnya, bulunya
berwarna merah darah, dan dia lah pemimpin dari kelompok serigala tersebut.“Tinggal
kan itu dan kalian bisa pergi”.Kemudian serigala-serigala lain pergi
meninggalkan tempat itu, Serigala Merah itu bangkit dan mulai memakan hewan –
hewan ternak yang telah di persembahkan kepadanya. “Ini baru permulaan. Aku
akan membabat habis pegunungan-pegunungan ini untuk menjadi tempat kekuasaanku”
-
Kembali ke peternakan pertama, di sebuah Gudang yang
hanya di terangi lampu kuning redup. Berkumpul
Si Hitam, Si Abu, Si Putih, Ayam Jago dan Sebagian besar binatang peternakan.
“Lihat luka di mata dan kaki ini. Ini adalah luka yang kudapatkan dahulu Ketika
berusaha mempertahankan peternakan ini dari predator, si Elang Pembunuh.” Kata
Ayam Jago. Kemudian dia melanjutkan “Kita harus mengusir Si Kuning. Dia adalah
Elang Pembunuh! Saat ini dia masih kecil, namun semakin besar dia akan menjadi
semakin berbahaya dan akan mengancam kita semua yang ada di peternakan ini.
Lebih baik kita usir dia dari sekarang!”. “Usir dia!” Teriak Si Hitam dan si
Abu Bersama-sama.“Kami sudah muak melihatnya ada di peternakan ini.
Keberadaannya sendiri sudah sangat mengganggu. Apalagi sifatnya yang manja dan
cengeng itu, membuat kepala kami pusing” Si Hitam menambahkan. Nampaknya
binatang ternak lain yang dahulu juga pernah mengalami penyerangan dari Elang
Pembunuh setuju untuk melakukan pengusiran si Kuning. “Baiklah, kita akan usir
dia malam ini juga” Kata Ayam Jago. Si Putih yang ada di situ tercekat karena
rencana mereka, dia ingin segera pulang untuk memberitahu Ibu Ayam dan Si
Kuning. Namun dia tidak bisa begitu saja pergi karena bila dia keluar dari
situ, dia akan di cap sebagai pengkhianat oleh binatang-binatang ternak lain dan
juga oleh kedua saudaranya. Dia kemudian memilih untuk tetap diam dan menunggu
kesempatan datang untuk memberitahu si Kuning dan Ibunya.
Malam tiba. Terlihat beberapa obor menyala, di bawa
oleh beberapa hewan ternak yang sedang berjalan menuju kandang Ibu Ayam. Ayam
Jago memimpin kawanan hewan ternak tersebut. Dia memberi aba-aba untuk berhenti
Ketika tiba di depan kandang . “Kuning!! Keluar kamu!! Sudah saatnya kamu pergi
dari sini!! Teriak Ayam Jago. Tidak ada sahutan, hanya ada bunyi langkah kaki
dari dalam kandang ,kemudian terdengar suara kunci pintu kandang dibuka. Yang
keluar adalah Ibu Ayam, matanya bengkak memerah sehabis menangis. “Dia tidak
ada disini. Dia sudah pergi” Sahut Ibu Ayam dengan suara bergetar. Sebelum Ayam
Jago sempat menjawab perkataan Ibu Ayam, dari barisan belakang kawanan hewan
ternak tersebut ada yang berteriak. “Itu dia! Dia ada di balik kandang kambing!”.
Rupanya si Kuning mengintip dari balik kandang kambing karna mengkhawatirkan
ibunya. “Kejar!” Komando Ayam Jago, “Kita harus membuatnya babak belur sebelum
kita mengusirnya dari peternakan ini!”.“Pergi nak! Jangan khawatirkan Ibu!”
Teriak Ibu Ayam sambil tersenyum dan menitikkan air mata. Si Kuning yang
mendengar ibunya berteriak seperti itu akhirnya membalikkan badan dan berlari
kedalam hutan dengan menangis. Dia yang biasanya dilindungi ibunya, kini harus
berlari sendirian ditengah kejaran kawanan hewan ternak yang ingin menangkap
dan menghajarnya. Malam itu dia berlari dan terus berlari. Dia sendiri tidak
sudah tidak tahu lagi berapa lama dia
berlari. Kuning yang kelelahan, larinya perlahan-lahan melambat dan
pandangannya menjadi gelap. Dia pingsan ditengah hutan.
Si Kuning mengerjap, dia bangun dengan terkejut karena
dia merasakan ada cipratan air mengenai wajahnya. Dia kemudian bangun dan
bersiap untuk lari lagi, namun usahanya untuk lari terhenti ketika dia
mendengar sebuah suara memanggilnya “Jangan takut, mengapa kamu harus lari?”. Si
Kuning kemudian mencari asal suara itu dan dia melihat seekor Kura-Kura tua.
“Siapa kamu? Apa kamu juga akan menghajarku?” Kata Si Kuning dengan nada
takut.“Jangan takut. Hewan-hewan disini memanggilku Sang Kebijaksanaan hutan.
Aku sedang melintas disini untuk mencari buah-buahan lalu aku melihatmu
tergeletak ditanah. Aku berinisiatif membangunkanmu dengan mencipratkan air ke
wajahmu. Ada apa denganmu? Mengapa kamu begitu ketakutan?” Kata Si Kura-Kura.Si
Kuning yang awalnya ketakutan, perlahan-lahan menjadi tenang dan kemudian
menceritakan apa yang terjadi padanya semalam. Si Kura-Kura kemudian berkata
“Baiklah nak, ikut aku. Aku akan membantumu”. Si Kuning bertanya “Membantuku
untuk apa?”.“Menjadi dirimu sendiri” Kata si Kura-Kura. Kemudian mereka berdua
berjalan menuju kediaman Si Kura-Kura.
-
6 Bulan sudah berlalu sejak pengusiran si Kuning. “Lihat
itu bos. Peternakan ini sepertinya memiliki ternak yang gemuk-gemuk” Salah satu
serigala berkata kepada Si Serigala Merah. “Malam ini kita akan pesta besar!
Siapkan diri kalian untuk penyerbuan malam nanti!” Perintah Serigala Merah
kepada kawanan serigala yang ada di atas bukit tidak jauh dari peternakan
tersebut.
“Lari!
Lari! Lari! Kita di serang!” Nampak suasana peternakan menjadi tidak karuan,
kawanan ternak berlarian kesana kemari dengan bingung dan ketakutan. Kawanan
serigala sudah mengelilingi peternakan itu, kawanan ternak berkumpul di tengah
peternakan karena sudah tidak bisa lari kemana pun lagi. Serigala-serigala
tersebut tertawa jahat dengan air liur menetes dari mulut mereka. Serigala
Merah tertawa keras “Hahaha bawa mereka kehadapanku!”. 3 Serigala kemudian
melompat untuk menerjang kawanan ternak tersebut. Kawanan ternak berteriak
ketakutan. Ibu Ayam memejamkan mata dan tiba-tiba saja, seekor burung besar
turun menukik dan mencakar 3 serigala itu sehingga terluka parah. Burung itu
terbang tinggi kemudian turun dan mendarat didepan kawanan ternak. “Siapa kamu?!?!”
Serigala Merah berteriak kebingungan. “Jangan berani-beraninya kau menyentuh
Ibuku! Aku mendengar perbuatan kalian selama ini, dan ini adalah akhir dari
kalian semua” Kata Burung besar dengan warna bulu Emas tersebut. “Kuning! Ini
kamu nak?” kata Ibu Ayam. “Iya bu, ini aku. Kali ini giliranku melindungi ibu”
Kata si Kuning. Tidak menunggu lama, si Kuning kemudian terbang menuju kawanan
serigala tersebut. Dia bertarung dengan gagah berani. Satu-satu serigala itu
tumbang oleh keberaniannya. Dia terbang, menukik, mencakar, mencabik kawanan
serigala itu. Di tengah pertarungan hebatnya, Serigala Merah tidak tinggal
diam. Dia menerjang masuk kedalam pertarungan si Kuning dan melompat untuk
menerkam si Kuning dari belakang. Kuning yang terlalu sibuk melawan
serigala-serigala lain tidak menyadari terjangan Serigala Merah, namun tepat
sebelum taring Serigala Merah itu mencapai si Kuning, tiba-tiba saja “Awas!!!”
teriak Ayam Jago. Taring Serigala Merah ditahan oleh tubuh tua si Ayam Jago.
Ayam Jago itu kemudian terhempas dengan luka di badannya. Si Kuning menghajar 5
serigala kemudian dia menghampiri tubuh Ayam Jago yang sudah terluka parah. “Nak,
maaf dahulu aku telah berprasangka buruk terhadapmu. Tolong selamatkan
peternakan ini” Cahaya di matanya perlahan-lahan menghilang dan Ayam Jago
menghembuskan nafas terakhirnya.
Si
Kuning meninggalkan tubuh Ayam Jago kemudian terbang dengan cepat kearah
Serigala Merah. Kuning dan Serigala Merah bergulat dengan hebat. Mereka saling
menggigit, mencakar dan melukai satu sama lain. Pertarungan tersebut membuat
keduanya terluka parah. Serigala-serigala lainpun ikut membantu Serigala Merah untuk
membantu menghajar Si Kuning. Dengan segenap kekuatannya melawan mereka semua.
Namun, karena dia hanya sendirian, lama kelamaan stamina dari Kuning habis dan
kekuatannya melemah. Kuning di kerubungi oleh serigala-serigala itu. Tiba-tiba
saja terdengan pekikan dari langit. Puluhan burung besar turun dan menghantam
serigala-serigala yang mengerubungi di Kuning. Burung-burung besar itu membuat
para kawanan serigala kewalahan dengan jumlah dan kekuatan mereka. Serigala
Merah dengan luka di sekujur tubuhnya memerintah sisa-sisa kawanan serigala
yang masih hidup “Kita mundur!!” Lalu Serigala merah dan kawanannya berlarian
kedalam hutan.
“Kami
minta maaf karena dahulu sudah mengusirmu dari tempat ini. Kami berterimakasih
karena kamu sudah melindungi Ibu dan kami dari serangan serigala” Kata si Hitam
mewakili Si Abu dan kawanan ternak yang lain. Si Putih hanya berdiri dari
kejauhan dengan senyum haru melihat saudaranya sudah bertumbuh menjadi gagah
berani. “Nak, maafkan Ibu yang dahulu tidak bisa melindungimu. Terimakasih
banyak sudah menolong kami semua”. Kata Ibu Ayam. “Tidak apa-apa Ibu, Hitam,
semuanya. Sudah menjadi kewajibanku melindungi keluargaku” Kata Si Kuning. Kemudian
salah satu Burung Besar itu terbang mendekati Kuning dan berkata “Perkenalkan,
kami dari Pasukan Pelindung Langit. Kami mendapat permintaan bantuan dari Sang
Kebijaksaan Hutan untuk membantumu. Kamu adalah Rajawali gagah berani. Kamu
telah menunjukan keberanian luar biasa dalam melindungi peternakan ini. Kami
ingin mengundangmu untuk menjadi bagian dari Pasukan Pelindung Langit”. Kuning
berkata “Ibu, aku harus pergi bersama mereka. Serigala Merah pasti tidak akan
berhenti sampai disini. Aku ingin menjadi lebih kuat supaya bisa melindungi
para hewan dari buasnya kawanan serigala itu. Aku akan sering mengunjungi ibu”.
“Pergilah nak, kamu tahu yang terbaik untuk dirimu. Sisanya serahkan saja pada
kami. Kami akan memperbaiki peternakan ini” Kata Ibu Ayam. Setelah melakukan
salam perpisahan kepada Ibu Ayam dan saudara-saudarannya, Si Kuning terbang
bersama dengan Pasukan Pelindung Langit.
-
“Pak, kami mendapat laporan kalau peternakan di dekat
sungai besar di serang kawanan Serigala”. Kata salah satu pasukan Pelindung
Langit pada Burung Besar Berwarna Emas.
“Baik, siapkan pasukan kita. Kali ini kita akan menangkap Serigala
Merah”. 2 Tahun sejak penyerangan di peternakan yang Si Kuning tinggali. Saat
ini dia sudah menjadi Kepala Pasukan Pelindung Langit dan di anugrahi gelar “Divine
Guardian of Sky” Atau “Sang Pelindung Langit Surgawi”
- Petra Arya N-
Ini adalah cerita pendek yang saya buat untuk mengikuti lomba menulis bebas dari Inspirasi Pena. Puji Tuhan cerita saya mendapat peringkat 75 dalam perlombaan ini.
Komentar
Posting Komentar